Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti Kerinci

Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti Kerinci
My Collage

Welcome To My Blog...

ALL ABOUT NURSES....

Sabtu, 01 Agustus 2009

Askep pada Anak Anemia

BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb darah kurang dari normal ( I dewa nyoman supariasa, dkk: 132 ) .
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan ( WHO 1992 ) .
Anemia yang tidak mendapat penanganan dan pengobatan yang serius dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti leukemia , gagal ginjal , gagal jantung , infeksi yang akan menyebabkan kematian .
Oleh karena itu perawat sebagai bagian dari sistenm pelayanan kesehatan mempunyai peran yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga berkontribusi untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi .
Berdasarkan fenomena tersebut kelompok merasa tertarik untuk membahas tentang “asuhan keperawatan anemia”.
B. Tujuan
1. Tujaun umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan anemia .
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami dan mengidentifikasi dari anemia .
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien anemia .
c. Mampu merumuskan diagnosa pada klien anemia .

BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP ANAK ANEMIA
I. Konsep dasar penyakit
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel darah merah atau menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di bawah normal

2. Penyakit anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Gangguan produksi yang dapat terjadi karena;
1). Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
2). Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien
3). Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
4). Inflitrasi sum-sum tulang

b. Kehilangan darah
1). Akut karena perdarahan
2). Kronis karena perdarahan

c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena;
1). Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
2). Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit

d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
3. Etiologi
a. Obat – obatan dan zat kimia
- agen kemoterapi
- anticonvulsant
- antimetabolis
- kontrasepsi
- zat kimia toksik
b. nutrisi
- defisiensi besi, asam folat
- defisiensi cobal
- alkoholis
c. ¬perdarahan
d. Efek fisik
- Trauma
- Luka bakar
e. Penyinaran
f. infeksi
- Hepatitis
- Cytomedalovirus
- Clostridia
- Sepsis gram negatif
- Malaria
- Toksoplasmosis
g. Penyakit kronis dan maligna
- Penyakit ginjal , hati
- Infeksi kronis
- neoplasma
h. Perdarahan
i. Imunologi
j. Genetic
- Hemoglobinopati
- Thalasemia
- Abnormal enzim glikolitik
- Fangoni anemia
k. Tromboti trombositopenia purpura dan sindrom uremik hemolitik
4. Patofisiologi
Bila defisiensi besi dianggap sebagai penyebab anemia maka,akan terganggu proses pembentukan Hb.anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang anak – anak .bayi cukup bulan yang lahir dari ibu yang non anemic dan bergizi baik , memiliki cukup persedian zat besi sam pai berat badan lahirnya menjadi 2x lipat , umumnya berusia 4 – 6 bulan , sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhui kebutuhan anak
Jika asupan zat besi dari makanan tidak cukup maka akan terjadi anemia defisiensi besi.hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat terlalu dini ( sebelum usia 4 – 6 bulan ) , dihentikannya susus formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun , dan meminum susu sapi yang belebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi . bayi yang tidak cukup bulan ,bayi dengan perdarahan prenatal yang berlebihan , atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan zat besi . juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat . bayi ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi zat besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik . pada bayi hal ini dapat terjadi karena pendarahan usus kronik akibat protein susus sapi dan tidak tahan panas . pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi .pada anak remaja putrid anemia defisiensi besi dapat terjadi karena menstruasi yang berlebihan.
5. Manifestasi klinis
Area Manifestasi klinis
Keadaan umum Pucat , keletihan berat ,kelemahan ,nyeri kepala , demam ,dipsnea , vertigo , sensitive terhadap dingin , BB turun.
Kulit Pugat jaundice ( anemia hemolitik ) , kulit kering , kuku rapuh , klubbing
Mata Penglihatan kabur , jaundice sclera dan perdarahan retina
Telinga Vertigo , tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat , stomatitis
Paru – paru Dipsneu dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia , palpitasi ,mur – mur , angina , hipotensi ,kardiomegali , gagal jantung
Gastrointestinal Anoreksia dan menoragia,menurunya fertilisasi , hematuria ( pada anemia hemolitik )
Muskuloskletal Nyeri pinggang , sendi dan tenderness sternal
System persyarafan Nyeri kepala , binggung , neurupatu perifer , parastesia , mental depresi , cemas , kesulitan koping.

6.Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
- pasca perdarahan
- pada difisiensi zat besi
- anemia hemolistik
- anemia aplastik
c. Mudah lelah
- kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
- pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
- rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
- kompensasi dari refleks cardiovaskular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
- penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
- Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
- pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
j. Pika
- suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi,
Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya(PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
- karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya;
- tergantung berat ringannya anemia
- tidak selalu berupa transfusi darah
- menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala


Nilai normal sel darah

Jenis sel darah

1.Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15), 8 – 12 Tahun 14 (13 – 15,5).

3.Leokosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun 8000 (5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12).

Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12 Tahun 260.000

4.Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.


7.. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia

Rencana Tindakan:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat


b. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan

Rencana Tindakan:

1.Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi
2.Berikan susu suplemen setelah makan padat
3.Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan
bersama jeruk
4.Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan
cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk
5.Berikan multivitamin
6.Jangan berikan preparat Fe bersama susu
7.kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
8.monitor kadar Hb atau tanda klinks
9.Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10.Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet


c. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

Rencana Tindakan:

1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan
harapan anak mau menerima



DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar